[NC+17] Crush!

[ONESHOOT] CRUSH!

Author: (http://ikmaliafirdausi.wordpress.com)
Cast:
Cho Kyuhyun
Yoon Seo-hwa
Cho Jin-woo
Ratt: PG-17+
Type: Sad, Angst, Married Life

Mengagumkan memang hidupku sekarang. Banyak orang yang mengatakan kekagumannya padaku karena dikelilingi banyak orang yang mencintaiku. Tapi, sejauh itu aku sendiri tidak merasakan itu. Mungkin aku memang terlihat bahagia, namun tidak dengan hatiku. Hatiku lelah.

Pernikahan antara aku dan Kyuhyun berjalan baik-baik saja. Kita menikah lima tahun yang lalu tepat setelah kelulusanku dari Senior High School. Kami menikah bukan karena cinta, tapi karena kepuasan nafsu belaka. Yah, aku maupun dia sama-sama pecinta sex. Umurnya 3 tahun lebih tua diatasku, pada saat itu aku yang memang terkesan polos dan lugu menerima ajakannya. Aku mengenalnya karena dia tetanggaku dari kecil dan.. Yah, insiden itu terjadi. Cukup memalukan, setelah malam pertama itu kami lebih sering berinteraksi satu sama lain, sampai aku dinyatakan hamil. Dia. Kyuhyun. Dengan gampangnya langsung mengakui perbuatannya didepan orang tuaku tanpa mau mempertimbangkannya denganku. Dan setelah kejadian itu, nyatanya aku dan dia benar-benar menikah. Dan sekarang kami telah dikaruniai seorang putra yang cukup tampan yang selalu menghiasi hari-hari cerahnya bersama kami.

“Omma-ya, aku bisa mandi sendiri tanpa dimandikan Omma. Aku sudah besar,” Putraku yang tampan itu mendengus, mirip sekali dengan Pria buntalan sampah itu ketika marah. Aku tertawa pelan, lalu mengusap-usap daguku tanda keheranan menatapnya. Bukan. Jangan berpikiran yang tidak-tidak. Aku hanya ingin menjahilinya sedikit.

“Oh.. Sayang sekali jika seperti itu. Anak Omma sudah mandiri ternyata. Bagaimana jika anak Omma yang tampan ini memiliki adik, eo?” Nada bicaraku terdengar memelas. Raut wajah yang tadinya cerah, sekarang memudar seketika digantikan dengan tatapannya yang merenggut dengan mata yang membesar.

“Jika Omma melakukan itu, aku tak segan-segan membunuh Omma.” Ancamnya yang membuat tawaku hampir meledak.

“Kenapa tidak?”

“Ya, Omma-ya!” Aku berbalik meninggalkannya dengan senyumku yang mengembang. Setidaknya aku sedikit puas mengerjainya. Putraku yang bernama Cho Jinwoo itu memang menuruni sifat Kyuhyun, tak ada sejengkal pun yang tidak mirip dengannya, terlebih mereka sama-sama keras kepala.

“Kenapa ribut sekali? Hampir setiap pagi aku mendengar kalian bertengkar.” Senyumku memudar. Ku tatap pria buntalan sampah itu dengan seksama. Sepertinya dia mengalami kesusahan ketika harus berhadapan dengan dasi yang amburadul dilehernya. Aku menghampirinya, berinisiatif untuk membantunya.

“Cha.. Selesai. Kau nampak lebih tampan, Cho.” Dia terkekeh, lalu meraih pinggangku dan melumat bibirku singkat. Dari jarak sedekat ini, jantungku terasa berdetak sangat kencang.

“Kau berhutang padaku, Sayang. Malam nanti kita habiskan waktu panjang kita sampai pagi. Eotte?” Bisiknya yang membuat darahku berdesir. Aku memukul dadanya dengan bibir yang mengerucut kesal.

“Kapan aku merasa berhutang padamu, Cho? Jangan harap. Bekas luka yang kau timbulkan di vaginaku bahkan masih terasa sakit. Jadi kubur dalam-dalam keinginanmu itu, Cho.”

“Oh ayolah, Yoon.. Aku sangat merindukanmu,” Tangannya mulai meraba-raba daerah kewanitaanku. Selalu seperti ini. Dia akan melakukan segala cara agar aku menuruti kemauannya, termasuk membuatku terangsang dengan sentuhannya yang menggelora di jiwa.

“Hsshh.. Tidak, Cho. Aku lelah.” Aku mengigit bibirku kuat-kuat, takut jika tiba-tiba aku meloloskan desahan yang cukup panjang.

“Ayolah, Sayang. Aku merindukanmu,” Bisiknya pasif seraya menggigit kecil cuping telingaku.

“Eung.. Kyuhyun! Kau-.. Assh! Baiklah.. Nanti malam,” Aku mendorong tubuhnya setelah mendapati senyum tiga jarinya. Tanpa menunggu lama aku menyambar handuk kecil yang akan aku berikan pada putra kecilku. Biarlah malam ini akan menjadi malam terpanjang bagiku. Jika pun aku menolaknya, dia akan tetap bersih keras pada keinginannya itu. Sedangkan aku? Oh ayolah.. Aku adalah wanita biasa yang akan takhluk dalam sekali tatapan tajamnya serta sentuhan tangannya sungguh. Bagi kami sex adalah segalanya, setidaknya sex merupakan kelegaan yang mendalam serta kepuasan. Walau pernikahan kami tidak didasari oleh rasa cinta.

Tidak seperti biasa Kyuhyun menyuruhku ke kantornya setelah makan siang. Pada saat menghubungiku pun nada suaranya terdengar berbeda, aku merasakan nada kebahagiaan yang tercetak didalam sana.

“Nona Park, bisakah aku bertemu dengan suamiku?” Bertanya dengan Sekretarisnya tidak masalah, ‘kan? Pasalnya aku masih tau tata krama, dimana aku menempatkan diriku sendiri menjadi tamu. Setidaknya aku tidak menyelonong masuk, karena itu bukan tipeku.

“Presdir menunggu anda di dalam, Nyonya.” Jawabnya sopan. Aku mengangguk dan memberikan seuntai senyum padanya sebelum melangkah menjauh memasuki ruangan dimana tempat Kyuhyun berada.

Aku mengetuk pintu berwarna coklat, lalu mendorongnya pelan. Aku masuk dan mendapati siluet tubuh Kyuhyun yang sedang duduk di singgahsananya dengan tenang. Menutup pintunya pelan, setelah itu menghempaskan tubuhku pada sofa yang berjejer rapi di pojok ruangan.

Aku menatapnya yang masih tak bergeming dan sibuk dengan pekerjaannya. Aku rasa, kacamata berbingkai hitam itu sangatlah cocok ia kenakan. Bisa dibilang dia terlihat cukup tampan.

“Aku memang tampan Yoon. Jadi jangan menatapku seperti kau akan menerkamku,”

Oh Shit! Aku mengumpat dalam hati, menatapnya jengah menyembunyikan malu yang menggebu di dada.

Dia melepas kacamatanya, lalu mendorong kursi singgahsananya ke belakang. Setelah itu mengambil dua kaleng minum di lemari pendingin kecil pinggir meja kerjanya.

“Untuk apa kau menyuruhku kemari, Cho.” Aku tak mau berbasa-basi dengannya. Ku raih sekaleng minuman dari tangannya, lalu meneguknya pelan.

“Tidak ada, hanya saja aku ingin meminta bantuanmu,”

“Bantuan apa? Bantuan untuk menenangkan adik kecilmu yang sedang bermasalah, heh? Oh ayolah, Cho. Karenamu aku harus menitipkan Jinwoo kepada Ommeonim,” Dia menoyor kepalaku dengan se’enaknya tanpa memperdulikanku yang kesal dengan tingkah lakunya.

“Kau berpikiran mesum sekali Yoon. Atau jangan-jangan kau ingin aku menyerangmu sekarang juga, heh?” Bibirku menggerucut, malas meladeni ocehan panjang tak beraturannya.

“Cepat katakan apa maumu.” Ujarku ketus, dia tertawa lalu mengecup bibirku singkat.

“Kau ingat Song Qian? Cinta pertamaku itu, Yoon?” Dia mulai menerawang, merengkuh tubuhku dengan satu tangannya. Tak sadarkah dia jika sekarang jantungku berdegup kencang? Jujur saja, hatiku sedikit melengos ketika dia menyebut nama wanita itu, cinta pertamanya.

“Waeyo?” Suaraku melirih. Setidaknya, kali ini aku kembali terluka karena perkataannya.

“Sebenarnya seminggu yang lalu aku bertemu dengannya.” Ku tutup mataku, menahan rasa sesak yang menggebu dalam jiwa. Seminggu yang lalu? Astaga! Aku baru menyadarinya jika seminggu ini kami sangat gencar melakukan sex, dan nyatanya ketika kami berhubungan badan dia selalu menyebutkan nama wanita itu dalam desahannya.

“Lalu?”

“Kami bertukar nomor ponsel dan seminggu ini kami selalu bertukar kabar. Malam ini aku akan dinner bersamanya,” Mataku mengatup rapat. Bagai de javu aku tak kuat mendengarnya. Sungguh, lebih memilih mati sekarang dari pada harus mendengar rencana dinnernya.

“Yoon, kau mendengarkanku, ‘kan?” Aku tersadar, dia menatap wajahku dengan senyum lebarnya. Membuatku mencengkram dengan kuat ujung kaos yang ku kenakan.

“Nde? YA! Bukankah itu sangat bagus, Cho? Buatlah dinner kalian seromantis mungkin, jika perlu nyatakan perasaanmu padanya.” Bemuka dua mungkin itulah sebutan yang cocok ku sandang. Hanya saja aku tidak mau Kyuhyun mengetahui lukaku yang semakin mendalam karenanya.

“Tidak sekarang, Yoon.” Dia mendesah membuat dahiku berkerut heran.

“Wae?”

“Aku masih berstatuskan menjadi suami orang, menjadi suamimu.” Aku sudah tau arah pembicaraannya merembes ke hal yang sangat aku hindari. Perpisahan yang nanti akan membuatku tersakiti, namun toh.. selama kami menikah hanya kepuasan yang kami cari.

“Baiklah.. Kita bercerai. Dengan ini kau bisa meraih kebahagiaanmu, Cho. Aku harap kau bahagia setelah ini,” Aku memeluknya menyembunyikan sebutir air mata yang menggenang dipelupuk mata. Setidaknya aku tak ingin dia merasa bersalah karena telah membuatku mengangis. Aku hanya ingin dia bahagia dengan orang yang dicintainya. Bukan aku.

“Terima kasih, Yoon. Berkat kau aku bisa bersama Qian.”

Aku mengangguk dalam pelukannya dan aku semakin mengeratkan pelukanku padanya. Menyembunyikan kepalaku pada lekukan lehernya dan menghirup aroma tubuhnya yang menyejukkan jiwa. Ini yang terakhir kalinya setidaknya sebelum, kami benar-benar akan berpisah.

Aku mengepack satu persatu baju dan memasukkannya ke dalam koper. Aku berinisiatif untuk pergi menjauh dari Kyuhyun, karena dua hari sidang perceraian kami diumumkan. Dan itu berarti aku harus segera angkat kaki dari rumah yang menjadi saksi bisu perjalanan rumah tangga kami selama lima tahun ini.

Jinwoo.. Putraku itu aku telah menitipkannya pada Qian eonni. Setidaknya dia bisa menjadi penggantiku sebagai Ibu dari anakku. Jinwoo juga perlahan demi perlahan mau menerima Qian eonni sebagai calon ibunya. Dilihat dari kelembutan wanita itu memperlakukan Kyuhyun dan juga putraku, berbeda sekali denganku.

Orang tua Kyuhyun maupun orang tuaku, tak menampik rasa kecewa pada kami yang memutuskan mengakhiri pernikahan kami, selama ini aku dan Kyuhyun selalu terlihat baik-baik saja serta harmonis. Namun, nyatanya begitu mengecewakan. Meyakinkan mereka adalah hal yang sangat sulit sampai mereka menyerahkan ini pada kami. Sama halnya denganku, aku juga sangat sulit jika harus melepaskan Kyuhyun maupun Jinwoo. Tapi apa daya, aku wanita biasa yang lemah dan tak berdaya.

“Omma, Omma mau kemana? Mengapa baju-baju Omma masukkan dalam koper? Dan mengapa foto Appa dan Omma waktu menikah tidak terpajang lagi di ruang tamu? Foto-foto liburan juga, sekarang hanya ada foto Jinwoo seorang, dan juga dua foto yang berisikan Jinwoo dengan Appa tidak ada Omma.” Cercah putra kecilku.

Aku tersenyum lembut padanya dan berjongkok mensejajakan tinggiku dengannya, mengubah mimik wajah agar putraku tidak mengetahui kesedihanku yang cukup mendalam. Aku tak ingin anakku melihat air mataku ini. Aku ingin dia merasa baik-baik saja dan tidak terbebani dengan kepergianku nanti.

“Omma akan pergi, Sayang. Dan masalah foto-foto itu, Omma sengaja menyimpannya.”

“Pergi? Pergi kemana? Omma tidak boleh pergi. Omma harus disamping Jinwoo dan Appa. Jinwoo tidak akan membiarkan Omma pergi.” Pekiknya keras. Aku meraih kedua bahunya menariknya pelan sehingga aku dengan leluasa menatap matanya.

“Tidak bisa Jinwoo-ya. Omma pernah mengatakan padamu kan jika kebersamaan tidak selamanya abadi. Pasti ada sebuah perpisahan. Dan ini sudah waktunya Omma berpisah denganmu, Sayang.” Setetes air mata meluncur bebas dari kedua mataku. Tak tertahankan memang, aku harus mengatakan hal yang menyakitkan untuk anakku sendiri.

Bahkan tangan mungilnya ketika memegang pipiku dan menghapus air mataku terasa hangat. Aku merasa menjadi ibu yang jahat kepada anakku sendiri, darah dagingku sendiri.

“Omma bertengkar dengan Appa?” Aku menggelengkan kepalaku, ku usap rambutnya lembut penuh keibuan.

“Tidak, hanya saja sudah waktunya Omma berpisah dengan Appa.” Tanganku terulur menyentuh kedua pipi cubbynya. Dengan jarak sedekat ini dia benar-benar mewarisi wajah tampan Kyuhyun, hanya matanya saja yang mewarisiku.

“Dengar, Sayang. Omma sudah menitipkanmu pada Qian ahjumma. Setelah Omma pergi Qian ahjumma yang akan menjadi Ommamu. Dan Omma mohon, jadilah anak yang penurut dan tidak pembangkang. Omma mencintaimu,sayang..” Air mataku semakin tumpah ruah, ku kecip kedua pipinya, kelopak matanya dan bibir mungilnya. Aku sangat menyayanginya, menyayangi anakku seorang.

“Tapi jawab aku, Omma mau pergi kemana?”

“Ketempat yang jauh, Sayang..”

“Dimana tempat itu Omma? Jinwoo berjanji akan sering mengunjungi tempat Omma tinggal..”

“Tidak bisa, sayang. Kau tidak bisa mengunjungi Omma, tapi Omma berjanji nanti akan mengunjungimu”

“Benarkah Omma? Omma tidak berbohong padaku, ‘kan? Yaksok?”

“Ne yaksokhe,” Ku kecup sekali lagi bibir mungilnya, lalu memeluknya erat. Setidaknya setelah aku pergi, putraku akan baik-baik saja bersama Qian eonni dan aku bisa pergi dengan tenang.

Ketukan palu terdengar pilu, aku meringis mendengar keputusan hakim yang menyatakan aku resmi berpisah dengan Kyuhyun. Bahkan tulang-tulang persendianku terasa ngilu dan aku sama sekali tak memiliki tenaga. Sedikit memaksa, ku toleh ke arah Kyuhyun yang tersenyum lebar. Dia benar-benar melebarkan senyumnya pada setiap orang. Sebahagia itu kah dia berpisah denganku?

Aku berjalan gontai keluar dari ruang persidangan. Satu jam lagi penerbanganku akan tiba. Aku memutuskan untuk mengubur masa depanku yang kelam, dan memulai hidup baruku disana. Masalah Jinwoo, sepenuhnya aku serahkan hak asuhnya pada Kyuhyun. Cukup tragis memang, namun jika aku memaksa Jinwoo ikut denganku, aku tak menjamin kebahagiaan lahir batin yang aku berikan padanya.

“Seo-hwa, chakkaman.” Aku tersenyum getir mendengarnya memanggil nama asliku dan tidak memanggilku dengan ‘Yoon’ sebutan sayangnya kepadaku.

“Nde?” Suaraku serak. Shiit! Aku tak berharap Cho Kyuhyun itu mendengarnya. Sungguh.

“Kau mau kemana, heh? Setidaknya temani aku minum sebagai salam perpisahan.” Aku menatapnya, menatap matanya yang selalu menatapku senduh, menatap mata yang setelah hari ini tidak akan bisa aku tatap setiap hari.

“Eoh.. Maaf Cho. Bukannya aku menolak, tapi penerbanganku satu jam lagi.”

“Kau jadi pergi? Meninggalkan Jinwoo? Ibu macam apa kau ini!” Pekiknya kalap. Aku memejamkan mata, tanganku terkepal kuat menahan gejolak air mata yang akan mengalir jika saja aku tak mengepalkan tangan.

“Aku masih bisa mengunjunginya, Cho. Jangan berlebihan. Aku memang gagal menjadi ibu yang baik untuknya. Tapi setidaknya kau menghargaiku sebagai orang yang telah melahirkannya, bukan mengumpatnya.”

“Jadi kau menyesal melahirkannya?”

“Tidak. Tidak sama sekali. Aku bersyukur telah melahirkan anak setampan putraku.”

“Kau memang ibu terkejam, Seo-hwa.” Desisnya tajam. Air mataku mengalir seketika mendengar ejekannya padaku.

“Terserah apa katamu, Cho. Setidaknya kau harus berpikir dua kali siapa yang kejam disini. Kau atau aku. Tidak ingatkah kau dulu telah merenggut kesucianku? Aku terlalu bodoh menyetujuimu untuk menjamah tubuhku. Dan lebih bodohnya aku ketika disetiap kau menyentuhku, kau selalu menggumankan nama wanita itu. Kau memaksaku, dan menjadikanku candu bersetubuh denganmu. Aku Yoon Seo-hwa bukan Song Qian, Cho. Hatiku sakit mendengarmu menyebutkan namanya dalam setiap desahanmu. Sakit, Cho.” Aku tertunduk menyembunyikan genangan air yang merembes dijiwa. Semua beban yang aku tanggung mengubur seketika, membawa kelegaan yang tak tersirat.

Ku hapus air mata yang masih menggenang dipelupuk mata, lalu tersenyum setegar mungkin kepadanya. Menunjukkan pada dunia bahwa setelah ini aku akan bangkit karenanya.

“Terima kasih untuk 6 tahun terakhir ini, Cho. Terima kasih juga karenamu aku bisa melahirkan seorang putra tampan. Jaga dia, aku menitipkannya padamu.” Aku menatapnya dalam untuk yang terakhir kalinya, mungkin. Lalu, membalikkan badan dalam lingkup kelegaan yang mendalam. Pasti. Aku sangat yakin sekali jika setelah ini aku akan bahagia tanpa Kyuhyun dan juga Jinwoo. Pasti.

“Kau mau kemana?” Teriaknya. Aku membalikkan tubuhku dan aku bisa melihatnya dengan jarak 5 meter. Ku sunggingkan senyum terbaikku padanya, lalu melambaikan sebelah tanganku.

“Suatu tempat yang hanya aku yang tau, Cho. Selamat tinggal!”

Seperti terlahir kembali. Mulai sekarang aku akan memulai hidupku dari awal. Memilih dan memilah mana yang terbaik untukku dimasa depan dan menggenggam suatu keyakinanan menuju satu titik kebahagiaan.

Terima kasih untuk semuanya, Cho. Semua kasih sayang yang kau berikan padaku. Anggap saja kasih sayangmu tulus dan ikhlas kau berikan untukku, bukan semata-mata karena aku telah melahirkan anakmu. Dan aku mohon, jaga anak kita untukku, karena dia salah satu sumber kebahagiaanku. Sekali lagi terima kasih banyak. Aku.. Aku mencintaimu, Cho.
END

10 comments

  1. chokeita41 · November 8, 2014

    Hmmm sedih jg ngebayangin jd seo hwa… Anaknya mereka kenapa nggk seohwa aja yg bawa? -,-

  2. ruunachy · November 9, 2014

    wuih, jinjja,.. tendang bokong kyuhyun…..

  3. vialivia17 · November 9, 2014

    Sequel donggg ga rela berpisah gtu aja:(( kyu hrs nyesel !!

  4. risayeonjoongie · November 9, 2014

    gantung banget.butuh sequel

  5. myeonshin · November 10, 2014

    Aku udah prnah bca ni FF tpi lpa dmana bcanya 😀 tp ttp aja mau nangis bcnya. KEREN …. Sequel donk thor 🙂

  6. AiLian · December 4, 2014

    Yaa.. mengapa fanfic nya semenyedihkan ini

  7. parkjaein · December 5, 2014

    hwa koq pisah sich T_T kan kasian, masak selama 6thn kyuhyun ndk ada perasaan ama seo hwa, hanya seo hwa aja yg pya, sequel donk thor yg happy ending ya ya ya 😀

  8. acura · January 5, 2015

    Sedih banget hiks hiks…😢
    ada yah wanita yang bisa seikhlas itu ….

  9. Choi HaRa · January 9, 2015

    sequelnyaaaaaa dong kaaak bagus bgt ceritanyaaa
    nde nde sequel nde??? ><

  10. bestarintan · January 27, 2015

    Ceritanya nyakitin banget 😦

Leave a reply to risayeonjoongie Cancel reply